TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Keputusan untuk melakukan sunat
mungkin masih menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Di negara-negara
yang penduduknya mayoritas nonmuslim, keputusan untuk menyunat anak
lelaki tidaklah mudah. Para orang tua yang tidak mempunyai keyakinan
kuat berdasarkan budaya atau agama, mereka mungkin akan berpaling pada
hasil penelitian dan riset yang melaporkan manfaat serta dampak prosedur
sunat bagi kesehatan.
Sebagian orangtua yang peduli akan masalah
kesehatan seksual biasanya akan berpikir, apakah dengan menyunat atau
tidak sunat dapat berdampak negatif pada kehidupan seksual anak lelaki
mereka ketika dewasa nanti. Ini juga yang menjadi pertanyaan menarik
bagi pria dewasa yang telah disunat saat kanak-kanak, atau yang saat ini
masih mempertimbangkan untuk disunat.
Yang jelas, pertanyaan
apakah sunat akan memengaruhi kenikmatan seksual memang sulit untuk
dijawab. Di satu sisi, tidak mudah mencari kelompok untuk
diperbandingkan. Dan kalau pun dapat dibandingkan, sulit untuk
memisahkan mana di antara kelompok tersebut yang memilih prosedut sunat
sebagai salah satu alasan untuk mendapatkan kepuasan atau kenikmatan
seksual.
Di sisi lain, sulit pula untuk menjawab pertanyaan tanpa
definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan kenikmatan
seksual. Jika kenikmatan seksual diartikan sebagai sensitivitas fisik,
maka kita dapat mencari informasi dari riset atau penelitian yang
mengkaji apakah sunat berpengaruh pada sensitivitas seksual dan
sensitivitas fisik? Tetapi berbagai riset hanya memberikan kita
sebagian gambaran saja. Karena faktanya, sensitivitas fisik tidaklah
sama dengan merasakan kepuasan atau kenikmatan seksual.
Sensitivitas
fisik berkaitan dengan bagaimana tubuh (dengan gejala yang tampak dan
dapat diamati) dalam merespon stimulasi eksternal. Sedangkan kepuasan
dan kenikmatan seksual berhubungan dengan cara tubuh secara subyektif
dalam merasakan stimulasi. Kenikmatan seksual umumnya meliputi fisik,
psikologis, emosional, dan kadang-kadang melibatkan pengalaman
spiritual.
Banyak riset telah memberi wawasan, tetapi pertanyaan
tentang sunat dan kepuasan seksual belum sepenuhnya terjawab. Beberapa
studi di bawah ini dapat menjadi gambaran untuk menilai seberapa besar
pengaruh sunat terhadap kepuasan seksual pada pria yang disunat dan
tidak disunat :
* Sebuah penelitian yang melibatkan ribuan pria
di Uganda menunjukkan, mereka yang disunat ketika dewasa mengaku bahwa
sunat tidak mempengaruhi kepuasan seksual atau menyebabkkan sakit selama
atau setelah melakukan hubungan seksual.
* Sebuah sampel
nasional probabilitas di Amerika Serikat yang menguji efek sunat dan
seks menemukan, pria yang disunat mempunyai risiko lebih rendah untuk
mengalami disfungsi seksual ketimbang mereka yang tidak disunat.
*
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah organisasi anti-sunat,
(metode untuk perekrutan relawan tidak dijelaskan) mengindikasikan,
sebanyak 61 persen pria yang disunat saat bayi dilaporkan mengalami
penurunan sensasi seks seiring bertambahnya usia mereka.
* Survei
yang dilakukan sebuah organisasi antisunat melibatkan 139 perempuan
menemukan, kelompok wanita yang menyukai pria sunat mengaku bahwa
pasangan yang belum disunat lebih cenderung mengalami ejakulasi dini.
Tetapi ketika semua pendapat perempuan diperhitungkan, data menunjukkan
bahwa laki-laki yang disunat lebih cenderung ejakulasi dini.
*
Dalam studi lain, peneliti meminta tanggapan relawan wanita mengenai
pasangan pria mereka. Temuan menunjukkan 71 persen wanita lebih menyukai
pasangan yang disunat ketimbang pria yang tidak disunat ketika harus
terlibat dalam kegiatan seksual.
* Sebuah riset di Denmark
menunjukkan, perempuan dengan pasangan yang telah disunat mengaku
seringkali merasa tak puas secara seksual. Sementara dalam riset lainnya
di Meksiko, sunat tampaknya tidak memberikan pengaruh dalam hal
kepuasan seksual bagi pasangan.
* Dua artikel penelitian yang
dipublikasikan pada edisi yang sama dalam The Journal of Urology
mengukur tingkat kepuasan pria dewasa sebelum dan setelah sunat. Satu
studi tidak menemukan penurunan tingkat kepuasan seksual ketika mereka
disunat. Namun penelitian lain melaporkan penurunan yang signifikan
dalam kepuasan ketika ereksi setelah disunat.
Jadi, apakah sunat
akan membuat seks Anda lebih baik, lebih buruk, atau sama saja? Semua
tentu tergantung dari Anda dan pasangan. Tetapi yang pasti, ada banyak
faktor lain yang menentukan kepuasan seksual. Tingkat kepuasan seksual
tidak sepenuhnya ditentukan oleh apakah pria telah disunat atau tidak.
Tak pengaruhi fungsi seksual pria
Dalam
sebuah arsip konsultasi, Guru Besar dan Kepala Bagian Andrologi dan
Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof Dr dr Wimpie
Pangkahila, SpAnd, FAACS menjelaskan pengaruh tindakan sunat terhadap
hubungan seksual. Pada dasarnya, kata Wimpie, sunat tidak akan
memengaruhi fungsi seksual seorang pria.
"Tidak ada hal ilmiah
yang menunjukkan bahwa sunat atau tidak sunat berpengaruh terhadap
fungsi seksual. Jadi, tidak sunat pun tidak berpengaruh terhadap
hubungan seksual," ungkap Wimpie.
Pada tindakan sunat, kata
Wimpie, yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala penis
(preputium). Setelah dipotong, area itu kemudian akan dijahit kembali.
Dari
sudut kesehatan, kata Wimpie, yang hal yang harus diperhatikan mengenai
preputium, yaitu apakah preputium dapat dibuka atau ditarik ke belakang
atau tidak. Kalau preputium dapat ditarik ke belakang sehingga bagian
kepala penis kelihatan, keadaan ini dianggap sehat karena bagian kepala
penis dan bagian dalam preputium dapat dibersihkan.
Namun
sebaliknya, kalau preputium tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang,
berarti bagian dalamnya dan bagian kepala penis tidak dapat
dibersihkan. Dalam keadaan demikian, akan terjadi penumpukan bahan yang
dikeluarkan oleh kelenjar, yang disebut smegma. Akibatnya, mudah terjadi
infeksi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menimbulkan kanker penis.
"Oleh karena itu, dalam keadaan demikian sunat harus dilakukan," ujarnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar